December 26, 2017

Jalan - jalan di Roma : The rain is falling

[Postingan ini sudah ngendon di draft dari bulan Februari sepertinya]

Gara-gara ujan pas turun dari kereta, terus nungguin jemputan adek, terus liat abang-abang yang jualin jas hujan poncho 15ribuan di depan stasiun, terus jadi inget si jas hujan plastik yang paling mahal yang pernah saya beli 3 tahun lalu.
"Poncho... poncho.. 5 euro, 5 euro", gaya berjualan abang-abang jas hujan ponco di roma, sama kayak di citayam, bedanya yang satu manggil "signora" yang satu manggil "neng". Mumpung ujan dan lagi inget Roma, mari kita gali-gali the old memories.

I still remember the chill of rain drops fell on my skin, the gloomy clouds, and uncertain heart to follow. Tsah.

The uncertain path to follow #huopoae
Rome, Kota ke lima yang saya kunjungi setelah Barcelona. Jadi, sore syahdu di Barcelona harus berakhir dengan berangkatnya bis bandara La placa catalunya - T2 Barcelona International airport (El Praat) pukul 21:30 malam. Letak pool bis bandara ada di tengah-tengah alun-alun, pasti notice karena terlihat dari segala arah. Tiket bisa dibeli di sana di kondekturnya langsung.

Pesawat jam berapa ly ke Roma? malem banget?

Nah, sebenernya, pesawat ke Roma saya kalo di boarding pass tulisannya Gate close 5:45 dan arrival time 06:15. Jadi daripada ngabisin beberapa jam di penginapan, seperti biasanya saya memutuskan bermalam di bandara, dengan alasan ngirit dan biar ringkes. Saran saya kalau mau nginep di bandara di Eropa dikala menjelang spring, mending bawa bed cover. Dingin banget!! sampe ga bisa tidur, dan saya ga nemu musola untuk menghangatkan diri, hanya ada kumpulan beberapa mas-mas yang kayaknya juga gak mau dijadiin selimut idup. Hehe.

Lupa jam berapa saya ketiduran, tau-tau bangun-bangun onggokan manusia udah pada ilang. Gak lama saya check in dan masuk ke pesawat. Kali ini saya lupa sebelah saya siapa hehe.

Perjalanan Barcelona - Roma hanya 30 menit saja, lebih lama perjalanan dari Ciampino Airport ke Pusat kota (Termini station).

Sampe di Italy gimana rasanya? bau-bau pizza? del piero bertebaran?

Sampe di sana, kesan pertama, hmm sendu! Iyak, Roma lagi mendung that day, dan Bandara si Ciampino ini emang bandara khusus budget airlines, kayak si beauvais nya paris. Jadi emang ga gede-gede banget. Sampe di bandara, seperti biasanya saya cari pusat informasi, tapi ga nemu dan nyari halte bis shuttle.

Hoo, bis shuttle ke pusat kota banyak di sana ngantri. Saya, sudah beli langsung pas di indonesia waktu booking tiket Ryanair, ngeliat harganya cuma 4 euroan, padahal ternyata sampe sana ada yang jual 3.6. Tiap PO bus beda-beda harganya.

Dan tiba-tiba inget, pas naek si Bis ujan gerimis-gerimis syahdu gitu, di bis muter lagu She will be loved, bapernya jadi dobel-dobel. heu!

Perjalanan Campiano - central Rome, sekitar 45 menitan, sepanjang jalan isinya bangunan biasa dan sesekali reruntuhan tembok. Saking nempelnya image kekaisaran Roma, suka ga bisa bedain mana yang tembok reruntuhan gedung biasa, mana yang bagian dari peninggalan benteng roma. Cantik!.

Sampe di stasiun Termini, tiba-tiba berubah feeling, jadi kayak berasa di terminal bis Kampung Melayu. Rame! berisik seksi dan orang dimana-mana. Termini station/terminal ini semacam pusat transit transportasi umum. Dari mulai stasiun kereta, subway, tram dan bis ada di sini semua. Dan dikelilingi sama banyak toko-toko, pedagang kaki lima dan sebagainya.

Roma Sendu

si Bus shuttle airport saya berenti di pinggir Gedung terminal, di depan toko-toko. dan di situ ternyata kumpulan bis bandara. Banyak operator dan tiap-tiap operator punya jadwal berangkat masing-masing.

Mengingat saya di roma cuma sampe jam 4 sore saja, saya pun beli dulu tiket untuk balik ke bandara, kali ini dapet yang 3.6 euro, berangkat jam 4 sore.

Bingung mo kemana, saya baru sadar kalau saya belom pegang peta dan ga tau mo kemana. Tujuan saat itu cuma satu, Menara Pisa! IYAK! menara pisa! bahahaah baru tau kalo ternyata Pisa itu bukan di Roma #travelerkarbitan :)), tapi di florence. Heu!. Kecewa? Engga dunk, kan masih ada si Colloseum, plannya ke Colloseum, trus foto di tengah-tengah biar brasa kecillll banget.

So, muter, akhirnya nemu pusat informasi, dan mayan ngantri ambil petanya. Ga seperti di negara sebelumnya, di Roma bayar! 1 euro doank tapi. Trus buka peta, dan jeng-jeng.. butuh waktu mayan lama buat membiasakan mulut ga ikut melafalkan while baca tulisan-tulisan di peta. Nyerah berusaha menghafal. Saya bulet-buletin dulu tempat-tempat yang di peta kayaknya kece selain Colloseum. Nemunya waktu itu cuma si Colloseum sama Vatican aja :D so, there i'd go.

kurang lebih seperti ini peta si 1 euro an itu isinya
Colloseum.

Baru juga khatam nandain tempat-tempat mana aja yang mau saya kunjungi, lha kok gerimis turun. Makin galau!. Saya pun harus merelakan 5 euro saya yang harusnya bisa buat beli makan siang, demi selembar poncho yang kalo di citayam cuma 10ribuan saja.

Ga ada info khusus how to get to Colloseum dan lain-lainnya, karena saya beneran cuma ikutin peta 1 euro tadi.

Emang ga jauh2 ly tempat-tempatnya?

Hmm... walk-able sih... dan sekitaran jalan juga banyak bangunan-bangunan cantik jadi gak berasa, tau-tau sampe. :D Saya juga ga inget saya lewat mana, tapi sebelum Colloseum keliatan, saya kayaknya lewat satu tempat sejenis taman kota gitu yang ternyata namanya "Palatine Hill". Jalanannya kinda berbukit sampai di puncak,  barulah keliatan kalo saya sudah dekat dengan the mighty Colloseum.

Typical bangunan sepanjang jalan
Air yang saya anggap drinkable di taman kota
Poster pilkada kayaknya
Colloseum dari arah Pallatine Hill
Setelah kurang lebih 20 menitan menjelajahi si hutan kota, dengan speed jalan semampunya, muncullah the infamous Colloseum. Plan semula pengen foto di tengah-tengah biar keliatan kecil. Tapi ternyata, jeng jeng.. Colloseum tidak sebesar itu. Entah kenapa juaaauhhh lebih kecil daripada yang saya bayangkan selama ini.

Nevertheless, it still looks pretty :)

Me and the Not-that-almighty Colloseum
Then one thing I remember, foto saya di depan Colloseum itu diambil sama lelaki turki manis berperawakan kecil yang kayaknya waktu itu jalan sendiri juga. Funny thing I remember, waktu itu kita saling minta fotoin gantian, sampe ada sepasang turis pensiunan liat kita, trus the women offered us to take our picture, dikira we're a couple. Oh my.... makin galau!!

Sayangnya, jodoh saya bukan juga di Rome. Huft!

Si mas-mas turki pun pergi as emang udahan sesi foto2nya. Niat hati mau masuk ke Colloseum batal karena pertama, Dia tidak sebesar yang saya kira, dan bayar! bahahhaha. Makin siang makin rame orang-orang, setelah puas tawaf, saya pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya "Trevi Fountain!"

Makin rame!

Best Pistachios gelato ever!! kenapa di Indonesia ga nemu gelato rasa ini!!!

Again, jangan tanya lagi saya lewat mana untuk menuju Trevi Fountain ini, liat di peta, Trevi fountain ini letaknya di dekat Piazza Venezia. Jadi kalau dari Colloseum itu, jalanan sekitar terlihat luas dan dalam perjalana menuju Piazza Venezia, di jalanan gede yang saya lewati, di sisi kiri-kanan banyak tanah lapang yang di bawahnya ternyata banyak reruntuhan bangunan yang to me, kinda drawn me to the past time.

This is what Rome mostly offers
Another ruins

Lucky you kalau lagi Honeymoon, sepanjang jalan suka ada pengamen in group yang gracefully would serenade you, yang again bikin saya pengen ngasih tau "Jangan ke europe sendirian di usia-usia yg rawan ditanyain kapan nikah!!"

Dan pengamen ini cuma datengin couple doank loh. Hiks
Add caption
Trevi Fountain

Trevi Fountain, air mancur Trevi, salah satu dari spot andalan turis ini saya kenal pertama kali di video klipnya Bon Jovi - Thank you for loving me. Udah pernah liat video klipnya? Gimana perasaannya? Bahahaha. Nyes kan?!

Dan surprisingly, si air mancur ini ternyata... RAME!!! dan ternyata again, KECIL! dibayangan saya mas Jon pas nyanyi perasaan wide gitu backgroundnya, tapi ternyata aslinya kecil heuu. Dan rame banget!! Luas jalan sisi air mancur dengan cafe depan air mancur ini cuma 2 meter-an kayaknya, jadi rada crowded emang.

There is this belief that If you throw a penny once, you'll come back to Rome, if you throw twice, you'll get married to a Roman, and if you throw trice, you'll come back and stay in Rome. Gwe? Ga lempar apa-apa, karena persediaan Euro menipis lol. Pengennya malah itu ngedukin koin2 euro yang nganggur gitu aja di dasar kolam.

Trevi Fountain

The Famous Spanish Steps depannya Trevi Fountain
Cukup pepotoan di kawasan Piazza Venezia, saya melanjutkan perjalanan ke Vatican City, the house of Pope :D Sejak lama memang penasaran abis sama negara paling kecil di dunia ini. Saya pun baru tau kalau Vatican bersama dua lainnya San Marino (di Italy juga) dan Lesotho di Afrika Selatan, adalah negara-negara yang terdapan di dalam suatu negara. Dan Vatican ini satu-satunya negara yang terletak di dalam suatu kota, Rome.

Vatican City

Dari Piazza Venezia, yang saya ingat perjalanan menuju Vatican City tidak lah jauh, saya masih ingat saya hanya melewati a narrow cobblestone road yang berujung di suatu sungai besar, Sungai Tiber, lalu tinggal menyusuri tepian sungai, saya sudah tiba di jembatan tempat gerbang masuk Vatican.

Sisi sungai Tibre

Bangunan pertama yang saya lewati, Castel Sant' Angelo (Castle of the Holy Angel) yang ternyata masih punyanya Rome bukan vatican. Bangunan fortress-like ini sekarang adalah museum, padahal dulunya adalah mausoleum milik salah satu kaisar Rome, "Hadrian".

Me in front of Castel Sant' Angelo
Reaper yang ga mau difoto kalo ga dikasih duit

Dari jembatan gerbang masuk, setelah melewati Castel Sant' Angelo, the Gate to Vatican City sudah mulai terlihat. Dari Jauh the infamous Papal castle sudah terlihat. Juga St. Peter Square yang biasanya saya lihat di tv setiap tanggal 25 desember.

Ketika memasuki Gerbang Vatican City, banyak pedangan kaki lima yang kebanyakan menjajakan souvenir vatican, mulai dari patung Salib, bunda maria, miniatur Basilica sampai Rosario.

Sepanjang jalan menuju St Peter's square juga banyak bangunan tinggi yang kayaknya apartemen & Toko-toko mulai toko suvenir, minimarket sampai cafe-cafe kecil.

Menuju St Peter Square
St Peter Square
Vatican City adalah destinasi terakhir saya, demi mengejar bus bandara pukul 4 sore, saya pun tidak berlama-lama di Vatican dan kembali ke Termini Bus Station.

Sambil menunggu Bus saya berangkat pukul 4, saya menyempatkan diri icip Pizza di negara asalnya. FYI, di sini pizza corner ini udah kayak warteg! banyak pilihan dan banyak paket-paket murah ditawarkan. Saya pun icip masuk ke salah satu warung pizza yang menawarkan 5 Euro lunch pack, isinya satu slice Pizza (1 Slize nya ini segede 1 loyang), Rice Ball yang segede bola sepak takraw dan coke.

Abang abang pizza tampan!

Rome, thanks for the Rainy experience. Ngerasain gegalauan huhujanan juga di eropa :D A city for those who love the past and willing to be drawn to it. Tsaahh

Arrivederci, Rome! Bus Bandara pun membawa ku kembali ke Campiano Airport untuk perjalanan selanjutnya ke Milan : Tempat singgah menuju Berne!

Akhirnya bisa rampung juga postingan satu ini :) Semoga menjadi awal mula beres-beres blog selanjutnya lol. #garagaraphotobucketberbayarhuft!

Note: Semua ilustrasi perasaan di tulisan ini adalah perasaan saya 4 taun lalu, sekarang saya sudah tau jodoh saya beneran bukan di Rome! tapi di sukun huft! #dikeplak :))

1 comment:

  1. aaaah jadi bisa relate pas baca2 tulisan ini. ini kamu muter2 jalan kaki aja gt mbak? warbyasaa. pas aku ke sana malah mataharinya ada 9 jadi puwanas banget. -__-

    ReplyDelete